Gempa bumi adalah fenomena alam yang kerap menjadi hal menakutkan. Dampak destruktif dari bencana ini cukup tinggi bahkan memakan korban nyawa. Informasi tentang gempa memang diperlukan, terlebih karena Indonesia berada di cincin api Pasifik yang rawan.
Anda tentu sudah mendengar istilah salah satu jenis gempa, yaitu megathrust. Gempa megathrust juga berpotensi terjadi dan memiliki dampak yang lebih serius. Namun, apa saja perbedaan megathrust dengan gempa biasa? Mari ketahui informasi lengkap mengenai pengertian hingga mitigasinya berikut ini!
Perbedaan Gempa Bumi Biasa dengan Megathrust yang Perlu Anda Ketahui!
Gempa biasa dengan gempa megathrust sedang menjadi perbincangan saat ini. Bahkan, terdapat berbagai informasi simpang siur yang menyebabkan kekhawatiran. Secara signifikan, terdapat beberapa perbedaan yang bisa Anda pahami.
1. Pengertian
Gempa di Indonesia terjadi karena aktivitas tektonik di dari lempeng yang saling bertumbukkan. Gempa biasa adalah fenomena bencana yang memiliki kekuatan di bawah 7,0 skala richter. Gempa ini juga terjadi dalam waktu beberapa detik hingga satu menit.
Sementara itu, gempa megathrust adalah jenis yang terjadi di zona subduksi. Hal ini adalah kondisi di mana lempeng tektonik berada di bawah lempeng lainnya. Gempa megathrust juga dapat mencapai kekuatan 9,0 skala richter. Ini menjadikannya sebagai gempa yang paling ditakuti.
2. Lokasi Gempa
Gempa biasa umumnya dapat terjadi di mana saja pada area sepanjang batas lempeng. Gempa biasa juga disebabkan oleh pergeseran, pemisahan, atau bertabrakannya lempeng.
Gempa megathrust terjadi di zona subduksi, biasanya ditemukan pada dua lempeng, di mana salah satu lempeng memiliki posisi terdorong di bawah lempeng lain. Hal ini juga biasanya ditemukan pada lempeng benua yang berada di atas lempeng samudera.
3. Dampak yang Terjadi
Gempa megathrust memiliki dampak yang sangat besar. Hal ini juga berkaitan dengan kekuatan gempa yang berada pada magnitude tinggi. Kerusakan parah dari gempa ini memang sangat meresahkan bagi penduduk pada zona yang berpotensi gempa.
Tidak hanya itu, gempa megathrust juga dapat menimbulkan tsunami besar yang merusak. Beberapa contoh adalah gempa dan tsunami Aceh pada tahun 2004 serta gempa dan tsunami Tohoku pada tahun 2011 di Jepang.
Sementara itu, gempa bumi biasa memiliki rentang kekuatan yang berbeda, dari sangat lemah hingga kuat. Meski kerap memicu kerusakan besar, namun gempa biasa tidak selalu menimbulkan tsunami.
4. Zona Gempa
Indonesia memiliki tiga zona megathrust utama yang aktif. Zona tersebut meliputi Subduksi Banda, Subduksi Lempeng Laut Maluku, dan Subduksi Sunda. Zona tersebut rawan dengan potensi gempa berkekuatan besar sehingga terus dipantau oleh ahli seismologi.
5. Mitigasi Bencana
Mitigasi bencana alam ini dapat dilakukan dengan upaya untuk membangun infrastruktur tahan gempa. Peningkatan kesadaran masyarakat dan penerapan sistem peringatan dini juga perlu diaplikasikan untuk meningkatkan kesiapan.
Mitigasi gempa megathrust pada umumnya menggunakan peralatan lebih canggih mengingat dampaknya yang sangat destruktif. Konsistensi monitoring intensif serta riset seismic sangat penting dilakukan guna memprediksi aktivitas tektonik yang terjadi.
Baik gempa biasa maupun megathrust merupakan bencana alam dengan dampak serius, terutama bagi negara dalam zona subduksi. Sejarah gempa yang telah terjadi menjadi tolak ukur untuk melakukan persiapan dan langkah penanggulangan.
Itulah berbagai informasi mengenai perbedaan gempa bumi biasa dan gempa megathrust yang bisa Anda ketahui. Memperhatikan informasi pihak terkait dan memahami upaya evakuasi adalah hal yang bisa Anda lakukan agar terhindar dari bahaya bencana alam ini.