Masa penaklukan Dinasti Ming sering juga disebut transisi Ming-Qing. Banyak juga orang mengenalinya dengan penaklukan Manchu di Tiongkok. Perseteruan antara kedua dinasti berlangsung hingga menimbulkan pergantian kekaisaran.
Sebenarnya meliputi pihak lain seperti Dinasti Shun walaupun usianya pendek. Sejarah Ming berlangsung pada 1368-166 dan didirikan Kaisar Hongwu atau Zhu Yuan Zhan. Ternyata banyak fakta menarik dibalik penaklukan ini.
Penaklukan Dinasti Ming Diawali Perselisihan Internal dan Gejolak Ekonomi
Ming adalah salah satu periode kekaisaran terbesar sekaligus bersejarah di Tiongkok. Apalagi kaya dengan budaya hingga peninggalan bersejarah. Tapi harus menghadapi akhir menyedihkan pada abad ke-17 karena ditaklukan.
Sebelum masa penaklukan Dinasti Ming, sudah menjadi penguasa selama 276 tahun. Terdapat banyak masalah yang menyebabkan penurunan terjadi. Mulai dari perselisihan internal, tekanan eksternal hingga masalah bencana alam.
Gugurnya kekaisaran penguasa menjadi gambaran kekuasaan bisa sangat rapuh. Bahkan dapat berubah dengan mudah walaupun awalnya tangguh. Kejatuhan dinasti bukan hanya soal kemerosotan tapi ketahanan, ambisi dan perjalanan sejarah.
Munculnya Perselisihan Internal dan Kekacauan Ekonomi
Salah satu permasalahan terbesar yang perlu dihadapi yakni perselisihan internal dan gejolak ekonomi. Hal ini terjadi bertahap sampai mengikis pondasi kekaisaran. Bahkan korupsi merajalela pada akhir kekuasaannya.
Kepemimpinan kaisar juga tidak lagi aktif karena mudah di manipulasi kasim istana. Para kasim dinilai punya pengaruh dan kuasa lebih tinggi. Inilah yang menyebabkan legitimasi dan pemerintahan mengalami krisis besar.
Masalah penyebab penaklukan Dinasti Ming diperparah juga dengan krisis fiskal. Ternyata bisa melumpuhkan kekaisaran karena sedang kesulitan mengelola keuangannya. Apalagi sedang masa pemeliharaan Tembok Besar.
Belum lagi disertai dengan penanganan bencana alam hingga penggunaan perak. Ketergantungan terhadap perak menjadi penyebab ekonomi berubah tidak stabil. Akhirnya kemiskinan semakin merajalela dan muncul ketidakpuasan petani.
Penyebabnya karena muncul inflasi sehingga kesulitan membayar pajak. Situasi diperparah dengan bencana alam yang menghancurkan tanaman. Kekacauan yang harus dihadapi Ming membuat jalan kebangkitan kekaisaran Qing terbuka luas.
Invasi Manchu Sebagai Pendiri Dinasti Qing Terus Berkembang
Kejatuhan dan penaklukan Dinasti Ming dipercepat karena bangsa Manchu dari timur laut terus bangkit. Bangsa Manchu inilah yang menjadi pendiri Qing. Ternyata sangat cerdik mengeksploitasi perpecahan yang sedang terjadi.
Ketidakpuasan tidak hanya muncul pada kalangan masyarakat umum melainkan militer. Manchu melakukan pendekatan strategis karena melibatkan militer. Lalu membentuk aliansi dengan anggota para Jenderal besar yang tidak puas.
Invasi Manchu mencapai momen terbaiknya saat Celah Shanghai jatuh pada 1644. Celah Shanghai adalah titik pertahanan penjaga gerbang timur laut menuju jantung kota. Selain kekuatan militer, jalur strategisnya hilang.
Inilah yang menjadi lambang keruntungan terbesar bagi pertahanan wilayah. Kemudian menjadi pembuka pintu bagi Manchu memasuki jantung Tiongkok. Pasukan Qing sukses membuat jenderal besar bisa memihak dengan langkah tepat.
Melemahnya Kemampuan Tempur Dinasti Ming
Penaklukan Dinasti Ming semakin mudah karena kohesi melemah sekaligus kemampuan tempurnya berkurang. Invasi juga ditandai oleh gerakan yang telah diperhitungkan. Qing berusaha mengepung lalu menembus jauh wilayah musuh.
Selanjutnya sukses merebut Beijing dan langsung mengumumkan pendirian dinasti baru. Keberhasilan Qing disebabkan oleh strategi militer unggul. Ming yang telah terpecah karena korupsi semakin lemah karena kegagalan kepemimpinan.
Belum lagi berkurangnya kemampuan pertahanan melawan penjajahan lawan. Qing yang dipimpin Manchu mengadopsi sekaligus mengadaptasi institusi maupun adat istiadatnya. Bahkan menampilkan sebagai penerus sah mandat surga.
Strategi yang digunakan sangat efektif dalam mengambil hati penduduk Tiongkok. Transisi kekaisaran ke Qing membuat stabilitas dan ekspansi berhasil. Kekaisaran Tiongkok menjadi makmur secara budaya maupun ekonominya.
Mencoba Bangkit dengan Mendirikan Ming Selatan, Tapi Berakhir Gagal
Setelah penaklukan Dinasti Ming berhasil, sisa loyalis memutuskan mundur ke wilayah selatan. Akhirnya memutuskan membuat kekaisaran Ming Selatan. Era tersebut digunakan sebagai pertanda perebutan kembali kejayaan semula.
Selain itu akan digunakan sebagai langkah melawan kekuatan Qing karena dianggap melanggar batas. Sebenarnya sukses meraih kemenangan awal. Tapi banyak tantangan harus dihadapi sehingga kesulitan melanjutkan aksinya.
Permasalahan yang dihadapi masih berupa kepemimpinan hingga kurangnya sumber daya. Belum lagi mendapatkan tekanan dari militer Qing yang tanpa henti. Kemudian pada pertengahan abad ke-17, Qing Selatan mengalami kehancuran.
Qing Terlalu Superior Bagi Ming Selatan
Pada 1662, penaklukan Dinasti Ming dipastikan semakin mustahil. Terutama karena Kaisar Yongli sebagai pemimpin kekaisaran terakhir telah ditangkap sekaligus di eksekusi. Kematiannya menjadi tanpa kokohnya Dinasti Qing.
Aspirasi Ming Selatan yang berusaha memulihkan kekuasaan ternyata gagal total karena perselisihan internal dan tekanan eksternal. Ditambah kekuatan luar biasa Qing sulit dihadapi sehingga tidak mampu bertahan cukup lama.
Keruntuhan yang harus dihadapi terus diingat sampai sekarang. Apalagi punya banyak peninggalan yang bisa ditemui atau dilihat masyarakat saat ini. Mulai dari koin, ukuran kotak, patung periuk, pemakaman hingga porselen.
Kekuasaan Qing setelah menaklukkan Ming terus berlanjut dan meraih kejayaan pada pemerintahan Kaisar Kangxi, Yongzhen hingga Qianlong. Kejayaan terus berkembang karena memberikan banyak kebijakan tegas dan tanpa pandang bulu.
Qing bahkan sukses menguasai setiap daratan Tiongkok setelah keturunan Ming diberantas. Kebijakan memihak petani juga menjadi keputusan luar biasa. Tidak heran banyak masyarakat saat itu bahagia dengan penaklukan Dinasti Ming.